Berapa sebenarnya kadar atau ukuran fidyah untuk setiap hari puasa Ramadhan yang ditinggalkan?
Kajian NGOPI (Ngobrol Perkara Islam)
Jamaah dan DKM Masjid Jami Ad Da’wah Balandongan
————————————–
Pertanyaan ke-48
Jamaah Bertanya:
Assalamulaikum wr wb,
Berapa sebenarnya kadar atau ukuran fidyah untuk setiap hari puasa Ramadhan yang ditinggalkan?
DKM Menjawab:
Wa’alaikumusalam wr wb,
Bismillahirrahmanirrahim…
Kadar atau ukuran fidyah untuk setiap hari puasa Ramadhan yang ditinggalkan ulama berbeda pendapat. Kalangan Malikiyah, Syafi’iyah dan Hanabilah memberikan kadar atau ukuran fidyah sebesar satu mud makanan pokok masyarakat setempat. Ketiga ulama madzhab ini berargumen dengan nash syariat yang secara tegas memerintahkan untuk memberikan makanan pokok kepada fakir atau miskin, bukan mengganti dengan jenis bahan lainnya sebagai pengganti sebagaimana disebutkan Syekh Wahbah al-Zuhaili dalam kitab al-Fiqih al-Islami wa Adillatuhu, juz 9, halaman 7156.
Demikian pula dalam kitab Nailul Marom disebutkan:
الفدية: طعام يدفع إلى المساكين، ومقدارها: مد من بر، والمد: ملء كفي رجل معتدل الكفين……. إلخ ( نيل المرام من أحكام الصيام على طريقة سؤال والجواب 25)
“Fidyah itu makanan yang dibayarkan kepada orang-orang miskin (fakir miskin), ukurannya adalah satu mud gandum (makanan pokok), dan satu mud itu tangkupan penuh kedua telapak tangan orang (dewasa)” … sampai akhir. (Nailul Marom Min Ahkamis Shiyam ‘Ala Thoriqoti Sualin wa Jawabin 25)
Jika disesuaikan dengan tradisi di Indonesia maka makanan pokok tersebut adalah beras. Sehingga fidyah setiap hari puasa yang ditinggalkan di bulan Ramadhan adalah sebesar satu mud beras.
Satu mud dalam Islam bila dikonversikan ke dalam hitungan gram seberat 675 gram atau 6,75 ons makanan pokok. Sebagaimana disebutkan Syekh Wahbah al-Zuhaili dalam kitab al-Fiqih al-Islami wa Adillatuhu. Sementara dalam kitab al-Makayil wa al-Mawazin al-Syar’iyyah Syekh Ali Jumah menyebutkan bahwa, satu mud seukuran berat 510 gram atau 5,10 ons makanan pokok.
Sedangkan di kalangan Hanafiyah hitungan fidyah bukan satu mud melainkan satu sha’dan setengah sha’ bahkan bisa diganti dalam bentuk qimah (uang atau harta) yang dikonversikan secara mutlak dari makanan yang disebutkan dalam hadits yakni kurma, al-burr (gandum) atau tepungnya, anggur, dan al-sya’ir (jerawut). Karena bagi kalangan Hanafiyah maksud dan tujuan pemberian makanan untuk fakir miskin adalah memenuhi kebutuhan mereka, dan tujuan tersebut bisa tercapai dengan membayar qimah (nominal harta) yang sebanding dengan makanan. (Syekh Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqih al-Islami wa Adillatuhu, juz 9, hal. 7156).
Tapi yang perlu digarisbawahi, kalangan Hanafiyyah tidak menggunakan standar makanan pokok sesuai daerah masing-masing melainkan menggunakan standar harga kurma, al-burr (gandum/tepungnya), anggur, dan al-sya’ir (jerawut). Satu sha’ untuk jenis kurma, jerawut, dan anggur (anggur ikhtilaf ada yang mengatakan setengah sha’). Sedangkan gandum atau tepungnya adalah setengah sha’ untuk fidyah setiap hari puasa yang ditinggalkan.(Syekh Ahmad bin Muhammad al-Thahthawi al-Hanafi, Hasyiyah ‘ala Maraqil Falah, hal. 688).
Untuk ukuran satu sha’, kalangan ulama Hanafiyyah berbeda pendapat, menurut hitungan Syekh Ali Jum’ah dan Muhammad Hasan satu sha’ adalah seberat 3,25 kg, jika setengah sha’ berarti sekitar 1,625 kg. Sedangkan menurut hitungan Syekh Wahbah al-Zuhaili dalam al-Fiqih al-Islami adalah seberat 3,8 kg, berarti jika setengah sha’ adalah seberat 1,9 kg.
Dengan demikian, cara menunaikan fidyah diganti dengan uang versi Hanafiyyah adalah sejumlah nominal uang yang sebanding dengan harga kurma, anggur atau jerawut, seberat satu sha’ (3,8 kg atau 3,25 kg) untuk setiap hari puasa yang ditinggalkan, selebihnya berlaku kelipatan puasa yang ditinggalkan.
Atau bisa juga menggunakan nominal uang yang sebanding dengan harga gandum atau tepungnya seberat setengah sha’ (1,9 kg atau 1,625 kg) untuk setiap hari puasa yang ditinggalkan, dan selebihnya berlaku kelipatan puasa yang ditinggalkan.
Wallahu’Alam.
Wallahul nuwafiq ila aqwamith thariq
Wassalamu alaikum wr wb
(Ust. Yudha H. Bhaskara, SHI/ Ketua DKM Masjid Jami Ad Da’wah Balandongan Sukabumi dari berbagai sumber)