Apa fungsi Masjidil Haram dan Masjidil Aqsa sebelum Isra Mi’raj (turun perintah shalat 5 waktu)?
Kajian NGOPI (Ngobrol Perkara Islam)
Jamaah dan DKM Masjid Jami Ad Da’wah Balandongan.
Diasuh Oleh : Ust. Yudha H. Bhaskara, SHI
Pertanyaan ke-10
Jamaah Bertanya:
Apa fungsi Masjidil Haram dan Masjidil Aqsa sebelum Isra Mi’raj (turun perintah shalat 5 waktu)?
DKM Menjawab:
Bismillah…
Untuk menjawab pertanyaan ini sebaiknya disampaikan dahulu sejarah shalat yang kami rangkum dari sejumlah keterangan. Agar pemahaman tentang syariat Nabi-nabi terdahulu bisa dimengerti oleh kita, bahwa sesungguhnya Allah SWT tidak membeda-bedakan antara satu Nabi dengan Nabi lainya. Sebagaimana termaktub dalam Quran Surat Al-Baqarah ayat 285:
ءَامَنَ ٱلرَّسُولُ بِمَآ أُنزِلَ إِلَيْهِ مِن رَّبِّهِۦ وَٱلْمُؤْمِنُونَ ۚ كُلٌّ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَمَلَٰٓئِكَتِهِۦ وَكُتُبِهِۦ وَرُسُلِهِۦ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِّن رُّسُلِهِۦ ۚ وَقَالُوا۟ سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۖ غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ ٱلْمَصِيرُ
Artinya: “Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya”, dan mereka mengatakan: “Kami dengar dan kami taat”. (Mereka berdoa): “Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali”.
Bahwa para Nabi diutus ke alam dunia sejak Nabiyullah Adam as hingga Rasulullah Muhammad SAW misinya sama yaitu mentauhidkan Allah, sebagian keterangan menyebutkan ketika Nabiyullah Adam as usai diturunkan ke dunia, sudah melaksanakan shalat dua rakaat yakni sebelum matahari terbit sebagi bentuk rasa syukur diselamatkan dari gelapnya malam dan bersyukur matahari bisa kebali terbit.
Kemudian ketika Nabiyullah Ibrahim As diperintahkan Allah SWT menyembelih puteranya Nabiyullah Ismail as, menurut sebagian keterangan waktunya bertepatan dengan tergelincirnya matahari. Saat Nabiyullah Ismail as digantikan kibas oleh Allah SWT, maka Nabiyullah Ibrahim as bersyukur kepada Allah dengan melaksanakan shalat empat rakaat. Rakaat pertama sebagai bentuk rasa syukur Nabiyullah Ismail as tidak jadi disembelih, rakaat kedua bentuk syukur hilangnya rasa sedih karena harus kehilangan anak satu-satunya kala itu, rakaat ketiga meminta agar Allah SWT meridhainya dan rakaat keempat bersyukur karena Nabiyullah Ibrahim as diberikan kibas dari surga oleh Allah SWT.
Demikian pula saat Nabiyullah Yunus as ditelan Ikan Nun, menurut sejumlah keterangan dikeluarkan oleh Allah SWT pada waktu ashar, sehingga Nabiyullah Yunus as shalat empat rakaat sebagai bentuk syukur dikeluarkan dari empat kegelapan, gelapnya isi ikan nun, gelapnya air laut, gelapnya malam dan gelapnya perut ikan nun.
Sedangkan maghrib sebagian keterangan menyebutkan pada saat Nabiyullah Isa as dikejar kaum kafir untuk dibunuh. Allah SWT menyelamatkannya pada waktu maghrib. Sehingga Nabiyullah Isa as bersyukur kepada Allah SWT dengan melaksanakan shalat tiga rakaat. Rakaat pertama untuk mentauhidkan Allah SWT, rakaat kedua untuk menghilangkan tuduhan zina ibunya Siti Maryam as dan rakaat ketiga untuk meneguhkan bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah SWT.
Adapun Isya, ini bertepatan dengan diselamatkannya Nabiyullah Musa as dari kejaran Firaun. Nabiyullah Musa as shalat empat rakaat sebagai bentuk munajat meminta pertolongan Allah atas empat kesedihan yang tengah dialaminya. Pertama kesedihan kehilangan isterinya, kedua kesedihan kehilangan saudaranya Nabiyullah Harus as, ketiga kesedihan kehilangan anaknya dan keempat kesedihan atas penindasan yang dilakukan oleh Firaun.
Namun ada pula keterangan yang berbeda sebagaimana tertera dalam Kitab Hasyiyatul Bujairimy ‘alal Khatib juz 1 pada halaman 316, Syekh Sulaiman bin Muhammad Umar Al Bujaraimy Asy-Syafii menjelaskan:
وقد جمع بعضهم ماذكر فى اختصاص كل نبي بصلاة من الخمس فى بيتين من بحر الطويل فقال:
لاْدم صبح والعشاء ليونس * وظهر لداود وعصر لنجل
ومغرب يعقوب كذا شرح مسند * لعبد كريم فاشكرن لفضله
Artinya: “ Dan sejumlah ulama telah mengumpukan sejumlah keterangan terkait kekhususan setiap waktu shalat bagi setiap Nabi. Keterangan ini terhimpun dalam dua bait berbentuk bahar thawil (fa’alun mafa’ilun) maka berkata: Untuk Nabi Adam AS shalat subuh dan Isya untuk Nabi Yunus AS, dan shalat dzuhur bagi Nabi Daud AS, dan shalat Isya bagi sang putra (Nabi Sulaimani AS), dan shalat maghrib bagi Nabi Ya’qub AS. Begitulah disebutkan dalam Syarah Musnad Abdul Karim Ar-Rofii yang hendaknya engkau berterima kasih atas keutamaannya.”
Korelasi yang bisa kita ambil, bahwa sejak Nabiyullah Adam as hingga Rasulullah SAW sebenarnya sudah melaksanakan shalat, termasuk Nabiyullah Ibrahim as, Nabiyullah Daud as dan Nabiyullah Sulaiman as, walaupun menurut keterangan gerakannya tidak sama seperti sekarang. Bahkan Rasulullah saw pun sebelum Isra Mi’raj shalatnya berbeda dengan shalat sekarang, yakni tanpa ruku sebagaimana disebutkan dalam Hasyiyatul Barmawi halaman 64:
لان اللامم السابقة لم يكن فى صلاتهم ركوع وعن على رضي الله عنه انه قال: اول صلاة ركعنا فيها العصر,فقلت يارسول الله ما هذا؟ فقال : بهذا امرت (رواه البزار والطبرانى فى الاوسط) ووجه الاستدلال منه انه صلى الله عليه وسلم صلى قبل ذلك الظهر وقبل فرض الصلاة قيام الليل فتكون الصلاة السابقة بلاركوع قرينة لخلق صلاة الامم السابقة منه
Artinya: “Karena umat-umat terdahulu tidak ada ruku pada shalat mereka. Dan diriwayatkan dari Sayidina Ali Rahdiyalluhu ‘ahu, sesungguhnya ia berkata: “Shalat yang pertama kali kami ruku’ adalah shalat ashar”. Maka aku bertanya: “Ya Rasulullah (gerakan) apa ini?” Maka Rasulullah SAW menjawab: “Dengan (gerakan) ini aku diperintahkan.” (HR. Al-Bazzar dan Ath-Thabrani dalam Al-Ausath). Adapun cara mengambil dalil dari hadits ini, bahwa Nabi SAW shalat dzuhur dan shalat Qiyamul Lail sebelum itu, maka shalat-shalatnya sebelum itu tanpa ruku’. ‘Sebagaimana shalat-shalatnya umat terdahulu tanpa ruku’.
Sehingga bisa ditarik benang merah jika Masjidil Haram dan Masjidil Aqsa sebelum Rasulullah SAW Isra Mi’raj, keduanya sudah digunakan untuk shalat umat-umat terdahulu, karena pembangunan masjidil Haram yang menjadi masjid pertama di muka bumi ini hanya terpaut 40 tahun dari masjidil aqsa yang menjadi masjid kedua yang dibangun di dunia. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad dari Abu Dzar Al-Ghifari Radhiyallahu’anhu:
يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ مَسْجِدٍ وُضِعَ فِي الْأَرْضِ أَوَّلُ قَالَ الْمَسْجِدُ الْحَرَامُ قَالَ قُلْتُ ثُمَّ أَيُّ قَالَ ثُمَّ الْمَسْجِدُ الْأَقْصَى قَالَ أَبُو مُعَاوِيَةَ يَعْنِي بَيْتَ الْمَقْدِسِ قَالَ قُلْتُ كَمْ بَيْنَهُمَا قَالَ أَرْبَعُونَ سَنَةً
Artinya : “Wahai Rasulullah, masjid apakah yang pertama diletakkan oleh Allah di muka bumi?” Beliau bersabda, “Al-Masjid Al-Haram”. Abu Dzar bertanya lagi, “Kemudian apa?”. Beliau bersabda, “Kemudian Al-Masjid Al-Aqsha”. Berkata Abu Mu’awiyah “Yakni Baitul Maqdis” . Abu Dzar bertanya lagi, “Berapa lama jarak antara keduanya?”. Beliau menjawab, “Empat puluh tahun”. (HR Ahmad dari Abu Dzar).
Jadi sejak zaman Nabiyullah Adam as Masjidil Haram dan Masjidil Aqsa sudah ada, tentunya bentuk bangunannya berbeda, jangan dibayangkan bangunannya seperti bangunan sekarang. Wallahu’alam terkait bentuk Masjidil Haram dan Masjidil Aqsa pada jaman dahulu. Sebagian ahli sejarah menyebutkan bentuknya Masjidil Haram adalah Ka’bah. Sedangkan bentuk Masjidil Aqsa hanya sebuah kubah dari batu bernama Qubbatus Sakhra dan dibawah kubah itu ada batu bernama Shakra Muqaddas.
Di jaman Nabiyullah Nuh as, kedua bangunan masjid ini sempat tersapu banjir. sehingga menyisakan pondasi bangunan. Kemudian di jaman Nabiyullah Ibrahim as, Masjidil Aqsa direhab ulang setelah Allah SWT memerintahkan Nabiyullah Ibrahim as hijrah dari Negeri Ur (sekarang masuk bagian Negara Iraq) ke Palestina atau negeri yang diberikan keberkahan oleh Allah. Peristiwa ini diabadikan Allah dalam Quran surat Al-Anbiya ayat 71:
وَنَجَّيْنَاهُ وَلُوطًا إِلَى الْأَرْضِ الَّتِي بَارَكْنَا فِيهَا لِلْعَالَمِينَ (الأنبياء [٢١]: ٧١)
Artinya: “Dan Kami selamatkan dia (Ibrahim) dan Luth ke sebuah negeri yang telah Kami berkahi untuk seluruh alam.” (Q.S. Al-Anbiya [21]: 71).
Di dalam tafsir Ibnu Katsir disebutkan bahwa negeri yang diberkahi tersebut dahulu bernama Negeri Haran. Di jaman Rasulullah SAW nama Haran berubah menjadi Negeri Syam dan sekarang menjadi Negara Palestina. Disanalah Nabiyullah Ibrahim as pertama kali merehab Masjidil Aqsa yang hanya tinggal puingnya setelah dihantam banjir bandang di jaman Nabiyullah Nuh as. Setelah lahirnya Nabiyullah Ismail as. Nabiyullah Ibrahim as pula yang merehab Masjidil Haram (Ka’bah) bersama anaknya Nabiyullah Ismail as.
Sepeninggal Nabiyullah Ibrahim as, Masjidil Aqsa kemudian digunakan untuk ibadah oleh keturunan Nabiyullah Ibrahim as yakni Nabiyullah Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim as. Kemudian dilanjutkan oleh keturunan ke-13 dari Nabi Ya’qub as yakni Nabiyullah Daud as yang membangun Kota Yerussalem untuk pertama kalinya. Dan di masa Nabiyullah Sulaiman as yang tak lain putera dari Nabiyullah Daud as, Masjidil Aqsa dibangun ulang menjadi tempat ibadah sekaligus Istana yang bersinggasana megah.
Namun fungsi Masjidil Aqsa tetap digunakan untuk ibadah menyembah Allah SWT berupa shalat, sebagian riwayat menyebutkan shalatnya Nabiyullah Sulaiman as adalah shalat Isya. Sehingga bisa dipastikan bahwa fungsi Masjidil Haram dan Masjidil Aqsa sejak zaman Nabiyullah Adam as adalah digunakan untuk shalat. Berikut beberapa kutipan ayat Al-Quran yang memerintahkan shalat kepada para Nabi sebelum Rasulullah Muhammad SAW:
قَالُوا يَا شُعَيْبُ أَصَلَاتُكَ تَأْمُرُكَ أَن نَّتْرُكَ مَا يَعْبُدُ آبَاؤُنَا
“Mereka berkata: “Hai Syu’aib, apakah shalatmu menyuruh kamu agar kami meninggalkan apa yang disembah oleh bapak-bapak kami ?” (QS. Hud: 87)
اسْتَمِعْ لِمَا يُوحَىٰ إِنَّنِي أَنَا اللَّـهُ لَا إِلَـٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي
“maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan (kepadamu Musa). Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku” (QS. Thaha: 13, 14)
فَاسْتَغْفَرَ رَبَّهُ وَخَرَّ رَاكِعًا وَأَنَابَ
“maka ia ( Nabi Daud as) meminta ampun kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan bertaubat” (QS. Shad: 24)
وَوَهَبْنَا لِدَاوُودَ سُلَيْمَانَ ۚ نِعْمَ الْعَبْدُ ۖ إِنَّهُ أَوَّابٌ إِذْ عُرِضَ عَلَيْهِ بِالْعَشِيِّ الصَّافِنَاتُ الْجِيَادُ فَقَالَ إِنِّي أَحْبَبْتُ حُبَّ الْخَيْرِ عَن ذِكْرِ رَبِّي حَتَّىٰ تَوَارَتْ بِالْحِجَابِ رُدُّوهَا عَلَيَّ ۖ فَطَفِقَ مَسْحًا بِالسُّوقِ وَالْأَعْنَاقِ
“Dan Kami karuniakan kepada Daud, Sulaiman, dia adalah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya), (ingatlah) ketika dipertunjukkan kepadanya kuda-kuda yang tenang di waktu berhenti dan cepat waktu berlari pada waktu sore, maka ia berkata: “Sesungguhnya aku menyukai kesenangan terhadap barang yang baik (kuda) sehingga aku lalai mengingat Tuhanku sampai kuda itu hilang dari pandangan”. “Bawalah kuda-kuda itu kembali kepadaku”. Lalu ia potong kaki dan leher kuda itu” (Shad: 30-33)
Jika di jaman para Nabi terdahulu perintah shalat sudah ada, dengan waktu shalat yang berbeda-beda. Maka Shalat lima waktu yang disyariatkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW dan ummatnya setelah Isra Mi’raj adalah penyempurna dari perintah shalat kepada Nabi-Nabi terdahulu.
Wallahu’alam…
(Ust. Yudha H. Bhaskara, SHI (Ketua DKM)
dari berbagai sumber)