Bahagia Dunia dan Akhirat dengan Taqwa
Bahagia Dunia dan Akhirat dengan Taqwa
Oleh:
Yudha H.Bhaskara, SH.I
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Hadirin sidang Jumat yang dimuliakan Allah Swt…
Melalui mimbar jum’ah kali ini, khatib berpesan kepada diri sendiri, dan para jamaah sekalian, marilah kita senantiasa bertaqwa kepada Allah SWT, dengan ’Imtitsaalul awaamiri waj tinaabun nawahii’ mengerjakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Karena sesungguhnya taqwa itu adalah kunci kebahagiaan kita, baik di dunia maupun di akhirat.
Ma’asyiral Jumah Rahimakumullah….
Kata taqwa sering kali disebutkan dalam setiap khutbah Jumat. Bahkan wasiat taqwa merupakan salah satu rukun khutbah Jumat. Sehingga kita sangat familiar dengan kata Taqwa ini. Namun taqwa bukanlah retorika dan teori semata, melainkan taqwa harus ditanamkan dalam hati dan diamalkan melalui perbuatan. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Ahzab ayat 70 dan 71:
“Hai, orang-orang yang beriman, bertaqwalah pada Allah dan katakanlah perkataan yang benar (70). Niscaya Allah memperbaiki bagimu amal-amalmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Barang siapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya telah mendapat kemenangan yang besar (71).”
Taqwa secara etimologis merupakan bentuk mashdar dari kata ittaqaa-yattaqii-taqwaa, yang berarti “menjaga diri”. Dalam hal ini menjaga diri dari segala sesuatu yang membahayakan iman”. Artinya Taqwa adalah benteng atau penjaga internal yang seharusnya ada dalam jiwa manusia, agar terhindar dari penyimpangan dan dosa.
Menurut sayyidina Ali bin Abi Thalib Karramuhu wajhah, yang diterangkan dalam kitab Manhajus Sawiy Al-‘Alamah Habib Zein bin Ibrahim bin Sumaith, taqwa adalah: “Al-Khoufu minal Jalil, Wal A’malu bit Tanzil, war Ridhaau bil qalil, wal ‘Idaadu liyaumil rahil”.
Al-Khoufu minal Jalil yaitu takut kepada Allah yang Maha Mulia, takut akan azab dan murka-Nya sehingga tidak berani melanggar segala larangan-Nya. Wal A’malu bit Tanzil, yaitu beramal dengan dasar at-tanzil yaitu Al-Quran dan Sunah Rasulullah SAW. War Ridhaau bil qalil, yaitu ridha atau qana’ah dengan rezeki yang Allah berikan meskipun sedikit atau pas-pasan. Wal ‘Idaadu liyaumil rahil, mempersiapkan diri untuk hari kematian, sehingga kehidupan di dunia yang sementara ini dipergunakan sepenuhnya untuk kehidupan akhirat kelak yang abadi.
Imam Al-Qusyairi dalam kitab Ar-Risalah menjelaskan, ada empat sifat yang bisa mendekatkan kita pada taqwa. Empat sifat ini diambil dari empat huruf Taqwa. Yaitu “Ta”, “Qaf”, “Wau”, dan “Ya”.
Yang pertama adalah huruf “Ta” yakni Tawadhu’, artinya rendah hati dan tidak sombong, baik dihadapan Allah maupun dihadapan manusia. Salah satu bentuk kerendahan hati kita dihadapan Allah adalah dengan mendirikan shalat, karena shalat mengajarkan kita untuk taqwa, meletakan kening yang paling kita hormati di lantai, untuk sujud pada Allah adalah salah satu bentuk taqwa kita dihadapan Allah SWT. Tawadhu’ juga mengajarkan manusia akan filosofi padi dan air laut, semakin berisi padi akan semakin menunduk, semakin dalam laut maka akan semakin tenang.
Yang kedua huruf “Qaf” yakni Qana’ah atau War Ridhaau bil qalil. Qana’ah adalah selalu merasa cukup dengan rezeki yang diberikan Allah pada dirinya, menerima setiap rezeki baik besar maupun kecil dengan penuh rasa syukur kepada Allah, dan tidak pernah iri terhadap rezeki dan apa yang sudah dimiliki orang lain, tidak juga mengeluh dengan kehidupan kita yang serba pas-pasan.
Dengan sifat Qana’ah inilah kita akan senantiasa hidup tenang, selalu merasa berkecukupan, dan tidak pernah merasa miskin, karena definisi kaya yang sesungguhnya adalah Qana’ah. Sebagaimana menurut Imam Al-Ghazali, orang qana’ah adalah orang yang merasa dirinya kaya meskipun tidak kaya, karena dia merasa cukup dengan apa yang telah Allah berikan kepadanya.
Kemudian yang ketiga adalah huruf “Wau”, yakni Wara’. Wara’ artinya menjaga diri dari yang subhat atau yang meragukan, apalagi dari yang haram. Orang wara’ akan seletif dan hati-hati saat memutuskan suatu masalah, dia akan tabayyun setiap kali mendengar orang yang hasud, atau membicarakan orang lain, dan lebih memilih mendengarkan sumber dari kedua pihak yang berbeda, sehingga keputusannya menjadi obyektif. Pantang baginya menilai orang hanya dari hasudan orang lain.
Sedangkan yang keempat adalah huruf “Ya”, yakni Yaqin, yaqin sepenuhnya kepada kekuasaan Allah SWT atas apa yang akan terjadi di dunia dan akhirat nanti, yakin akan adanya rahmat dan pertolongan Allah, karena sesungguhnya Allah tergantung prasangka hamba-Nya, maka jika kita berbaik sangka pada Allah, baik pula yang akan kita terima, sebaliknya jika kita berburuk sangka pada Allah, maka buruk pula yang akan kita dapatkan.
Ma’asyiral Jumah Rahimakumullah….
Dalam surat An-Nisa ayat 9 Allah SWT berfirman:
Yang artinya; “ Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap kesejahteraannya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertaqwa pada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar.”
Maka jika kita khawatir akan nasib anak cucu kita karena tidak bisa mewariskan harta, tidak bisa mewariskan kekayaan dan kemakmuran, maka wariskanlah nilai-nilai taqwa agar kelak anak cucu kita bisa tetap menjaga diri dari kukufuran, meskipun hidup dalam ketiadaan. Ajararkanlah Qanaah pada anak cucu kita, bahwa kaya bukanlah materi semata, melainkan kaya itu mensyukuri dan selalu merasa cukup dengan rezeki yang sudah Allah berikan pada kita.
Jika kita sudah menanamkan nilai-nilai taqwa pada anak cucu kita, maka bertawakal-lah kepada Allah. Karena Allah menjamin akan memberikan jalan keluar dari segala kesulitan bagi orang-orang yang bertaqwa. Allah akan memberikan rezeki dari arah yang tak terduga bagi orang-orang yang bertaqwa. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam surat At-Thalaq ayat 2 dan 3:
Artinya: “ Barang siapa bertaqwa pada Allah, niscaya Allah akan membukakan jalan keluar baginya (2) Dan Allah memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barang siapa bertawakal pada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu (3)”
Jika nilai-nilai Taqwa sudah tertanam dalam jiwa, maka Allah akan memberikan kemudahan dalam segala urusannya. Dan secara otomatis Allah akan menanamkan insting pembeda atau Al-Furqan yang bisa membedakan mana yang haq dan mana yang bathil. Allah SWT juga berfirman dalam surat At-Thalaq ayat 4:
“Dan barang siapa yang bertaqwa pada Allah niscaya Allah akan menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.”
Dan dalam surat Al-Anfal ayat 29:
“Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu bertaqwa pada Allah, niscaya Dia akan memberikan furqan (kemampuan membedakan antara yang hak dan yang bathil) kepadamu dan menghapus segala kesalahanmu dan mengampuni dosa-dosamu, dan sesungguhnya Allah memiliki karunia yang besar.”
Khutbah tsani…….
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِتِّحَادِ وَاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ الْمَتِيْنِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، إِيَّاهُ نَعْبُدُ وَإِيَّاُه نَسْتَعِيْنُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. عِبَادَ الله، اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَسَارِعُوْا إِلَى مَغْفِرَةِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالى: إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَقَرَابَتِهِ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّاتِهِ أَجْمَعِيْنَ.
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ جَمِيْعَ وُلاَةَ الْمُسْلِمِيْنَ، وَانْصُرِ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَأَهْلِكِ الْكَفَرَةَ
وَالْمُشْرِكِيْنَ وَأَعْلِ كَلِمَتَكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ. وَاللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْن.