SEKILAS INFO
  • 3 tahun yang lalu / Masjid Independen bukan milik ormas, partai atau instansi tertentu tapi menjalin silaturahmi tanpa batas dengan siapapun
WAKTU :

Apakah doa iftitah shalat ada dalilnya?

Terbit 20 Februari 2021 | Oleh : admin | Kategori :
Apakah doa iftitah shalat ada dalilnya?

Kajian NGOPI (Ngobrol Perkara Islam)
Jamaah dan DKM Masjid Jami Ad Da’wah Balandongan.
Diasuh Oleh : Ust. Yudha H. Bhaskara,SHI

Pertanyaan ke-6

Jamaah Bertanya:
Apakah doa iftitah shalat ada dalilnya?

DKM Menjawab:

Bismillah…

Di masjid Jami Ad-Da’wah Balandongan Sukabumi memang bacaan iftitah jamaah tidak seragam tergantung latar belakang pendidikan pesantren dan sekolahnya, ada yang membaca Allahu Akbar Kabira ada juga yang Allahumma ba’id baini… Namun alhamdulillah keduanya tidak saling menyalahkan karena sudah disampaikan dalam pengajian rutinan tentang dalil masing-masing. Yang keliru adalah orang yang tak shalat berjamaah di masjid tanpa udzur syar’i tapi asik mempergunjingkan perbedaan bacaan ini.

Dalam bacaan doa iftitah, para ulama memang berbeda pendapat. Bagi kita yang bukan ulama, lebih baik menyandarkan saja keilmuan kita yang minim ini kepada para ulama agar tidak tersesat atau jangan sampai menganggap orang lain sesat karena keterbatasan ilmu kita. Untuk membuka wawasan ada baiknya kami sampaikan beberapa pendapat para ulama terkait doa iftitah ini beserta dalilnya.

Dalam kitab Subulus Salam syarah dari Bulughul Maram min Adillatil Ahkam juz 1 halaman 164 Sayid Imam Muhammad bin Ismail Al Kahlani Ash Shon’ani menjelaskan beberapa perbedan ulama terkait bacaan doa iftitah ini.

Pertama, sebagaimana hadits Rasulullah SAW dari Sayidina Ali bin Abi Thalib Radhiyallhu’anhu:

وعن على بن اْبى طالب رضي الله عنه عن رسول الله صلى الله عليه وسلم اْنه كان اذا قام الى الصلاة قال: وجهت وجهي للذى فطر السموات والاْرض – الى قوله -: من المسلمين .. رواه مسلم.

“Dari Sayidina Ali bin Abi Thalib Radhiyallhu’anhu, dari Rasulullah SAW bahwasanya jika Rasulullah SAW berdiri dalam shalat beliau membaca, “Saya menghadapkan wajahku kepada yang menciptakan langit dan bumi – hingga sabdanya- : dan orang-orang muslim…” (HR. Imam Muslim)

Dalam akhir syarahnya di halaman 165 Imam Ash Shon’ani menjelaskan:

ونقل المصنف فى التخليص عن الشافعى وابن خزيمة اْنه يقال فى المكتوبة ,واْن حديث علي عليه السلام ورد فيها, فعلى كلامه هنا يحتمل اْنه مختص بها هذا الذكر , ويحتمل اْنه عام , واْنه يخير العبد نين قوله عقيب الكبير اْو قول ما اْفاده.

“Ibnu Hajar dalam kitab At Talkhish meriwayatkan dari Imam Syafii dan dari Imam Ibnu Khuzaimah bahwa doa tersebut dibaca pada shalat-shalat fardhu dan hadist Sayidina Ali Radhiyallhu’Anhu ini menjelaskan hal tersebut. Berdasarkan pendapat Ibnu Hajar, bisa disimpulkan bahwa bacaan doa iftitah ini dikhususkan untuk shalat wajib, atau juga bisa bersifat umum untuk semua shalat, sehingga seorang hamba bisa memilih membaca doa iftitah ini setelah takbiratul ihram atau bacaan lain yang akan datang.”

Lafadz doa iftitah ini biasa diamalkan di kalangan madzhad Imam Syafi’i. Lantas muncul pertanyaan darimanakah datangnya lafadz Innii sebelum wajjahtu? Lafadz Innii sebelum wajjahtu juga berdasarkan dalil dari para ulama. Diantaranya dalam Quran surat Al-An’am ayat 79:

إِنِّى وَجَّهْتُ وَجْهِىَ لِلَّذِى فَطَرَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ حَنِيفًا ۖ وَمَآ أَنَا۠ مِنَ ٱلْمُشْرِكِينَ

“Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.”

Dan dalam Kitab Al-Jami’ Li syu’ab Al-iman yang ditulis Imam Abi Bakr Al-Baihaqi yang juga bermadzhab Syafi’i halaman 493:

عن علي بن اْبي طالب رضي الله عنه : اْن رسول الله صلى الله عليه و سلم كان اذا استفتح كبر ثم قال: اني وجهت وجهي للذي فطر السموات والاْرض حنيفا …..الخ

“Abul Hasan ‘Ali bin Abi Bakr al-Ahwâziyy telah menceritakan pada kami, Ahmad bin ‘Ubaid ash-Shoffâr telah menceritakan pada kami, Hisyam bin ‘Ali dan ‘Utsman bin ‘Umar telah menceritakan pada kami, beliau berdua berkata: Ibnu Raja’ telah menceritakan pada kami, Abdul ‘Aziz al-Mâjisyûn telah menceritakan pada kami, dari ‘Abdillah bin al-Fadhl, dari al-A’raj, dari ‘Ubaidillah bin Abi Râfi’, dari ‘Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘Anhu, sesungguhnya Rasulullah ﷺ ketika beriftitah, beliau bertakbir, kemudian membaca doa:
إني وَجَّهْتُ وَجْهِي لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ، قل إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ.
Adapun lengkapnya doa iftitah tersebut sebagaimana berikut:
اللهم أَنْتَ الْمَلِكُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، أَنْتَ رَبِّي، وَأَنَا عَبْدُكَ، ظَلَمْتُ نَفْسِي وَاعْتَرَفْتُ بِذَنْبِي، فَاغْفِرْ لِي ذُنُوبِي كُلَّهَا، إِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ، وَاهْدِنِي لِأَحْسَنِ الْأَخْلَاقِ لَا يَهْدِي لِأَحْسَنِهَا إِلَّا أَنْتَ، وَاصْرِفْ عَنِّي سَيِّئَهَا لَا يَصْرِفُ عَنِّي سَيِّئَهَا إِلَّا أَنْتَ، لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ وَالْخَيْرُ كُلُّهُ فِي يَدَيْكَ، وَالشَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ أَخْبَرَنَا بك وإليك، تَبَارَكْتَ ربنا وَتَعَالَيْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ

Artinya: “Ya Allah Engkaulah Raja tidak ada tuhan selain Engkau, Engkau Rabb-ku dan aku adalah Hamba-mu. Aku telah mendzalimi diriku, mengakui dosa-dosaku maka ampunilah dosa-dosaku, sesungguhnya tidak ada yang bisa mengampuni dosa kecuali Engkau, dan tunjukilah aku pada akhlak yang paling baik, sesungguhnya tidak ada yang bisa menunjukkan akhlak yang paling baik selain Engkau. Dan hindarkanlah aku dari akhlak yang buruk, sesungguhnya tidak ada yang dapat menghindarkan dari akhlak buruk selain Engkau. Kami datang kepad-Mu dan kami taat perintah-Mu. Seluruh kebaikan berada dalam kekuasaan-Mu. Dan seluruh keburukan bukan berasal dari-Mu. Saya bersama-Mu dan saya kepada-Mu, Maha Suci Engkau dan Maha Mulia Engkau, aku memohon ampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”

Kedua, sebagaimana hadist yang diriwayatkan Abu Hurairah Radhiyallhu’anhu:

وعن اْبي هريرة رضي الله عنه قال: كان رسول الله صلى الله عليه و سلم اذا كبر للصلاة سكت هنيهة قبل اْن يقراْ, فساْلته فقال اْقول : اللهم باعدنى و بين خطاياى كما باعدت بين المشرق والمغرب . اللهم نقنى من خطاياى كما ينقى الثوب الاْرض من الدنس . اللهم اغسلنى من خطاياى بالماء والثلج والبرد. متفق عليه.

“Dari Abu Hurairah Radhiyallhu ‘Anhu berkata: “Jika Rasulullah SAW selesai membaca takbir, beliau diam sejenak sebelum membaca ayat Al-Quran, kemudian aku bertanya kepadanya maka beliau menjawab: “Saya membaca, “Ya Allah jauhkanlah antara aku dan kesalahanku sebagaiman Engkau menjauhkan jarak antara timur dan barat. Ya Allah, bersihkanlah diriku dari kesalahanku sebagaimana pakaian putih dibersihkan dari kotoran. Ya Allah mandikanlah diriku dari kesalahanku dengan air, salju dan embun.” (Muttafaqun ‘Alaih)

Hadits diatas dijadikan landasan dalil bagi kalangan Malikiyah untuk mengamalkan doa iftitah ini dalam shalatnya. Sedangkan dalam kitab Nihayatuz Zain setidaknya disebutkan ada 5 doa iftitah, yaitu:

– وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيْفاً مُسْلِماً وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ إِنَّ صَلَاتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ

الْحَمْدُ لِلهِ حَمْداً كَثِيْراً طَيِّباً مُبَارَكاً فِيْهِ –

اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْراً وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيْراً وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا –

– اللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِيْ وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ، اللَّهُمَّ نَقِّنِيْ مِنْ خَطَايَايَ كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الْأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ، اللَّهُمَّ غَسِّلْنِيْ مِنْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ.

– اللَّهُمَّ أَنْتَ الْمَلِكُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، أَنْتَ رَبِّيْ وَأَنَا عَبْدُكَ ظَلَمْتُ نَفْسِيْ وَاعْتَرَفْتُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ لِيْ ذُنُوْبِيْ جَمِيْعاً فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلَّا أَنْتَ وَاهْدِنِيْ لِأَحْسَنِ الْأَخْلَاقِ، لَا يَهْدِيْ لِأَحْسَنِهَا إِلَّا أَنْتَ، وَاصْرِفْ عَنِّيْ سَيِّئَهَا لَا يَصْرِفُ عَنِّيْ سَيِّئَهَا إِلَّا أَنْتَ، لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ، وَالْخَيْرُ كُلُّهُ فِيْ يَدَّيْكَ وَالشَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ أَنَا بِكَ وَإِلَيْكَ، تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ.

Menurut Syekh Nawawi Al Bantani, jika bisa membaca salah satu diantaranya maka sudah memenuhi unsur sunnah. Jika memungkinkan bahka bisa dibaca seluruhnya asalkan ada kesepakatan antara Imam dan makmumnya:

وبأيها افتتح حصلت السنة. ويسنّ الجمع بينها لمنفرد وإمام قوم محصورين راضين بالتطويل

Artinya “Sudah mendapatkan kesunnahan dengan membaca salah satu doa (dari doa-doa iftitah di atas). Dan disunnahkan untuk membaca semua bagi orang yang shalat sendirian dan yang menjadi imamnya kaum yang terhitung jumlahnya rela shalatnya lama.” (Muhammad bin Umar bin Ali Nawawi Banten, Nihâyatuz Zain, Songqopuro Indonesia, al-Haramain, cetakan pertama, halaman 62)

Wallahu’alam…

(Ust. Yudha H. Bhaskara, SHI (Ketua DKM)
dari berbagai sumber)

SebelumnyaBagaimana cara i’tidal apakah tangan kembali sedekap atau dibiarkan kebawah? SesudahnyaApa hukum menggerakkan telunjuk saat Tasyahud?

Tausiyah Lainnya